135. Batasi Pembahasan Roja
(وعليك) إذا تكلمت في الرجاء مع العامة
بالاقتصار على ذكر الرجاء المقيد وهو أن تذكر الوعد الجميل والثواب الجزيل المتوقف على فعل الحسنات و ترك السيئات.
Batasilah pembicaraanmu tentang raja` (rasa harap) bila engkau sedang berdialog dengan orang awam. Hendaknya engkau jelaskan padanya bahwa raja` ialah janji dan pahala besar dari Allah yang diberikan pada mereka yang gigih menjalankan kebaikan dan berusaha meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.
(واحذر) أن تخوض معهم في الرجاء المطلق وذلك مثل أن تقول: العبد يذنب والرب يغفر، ولولا الذنوب لم يظهر عفو الله وحلمه، وما ذنوب الأولين والآخرين في سعة رحمة الله إلا كنقطة في بحر لجي ونحو ذلك.
Hindari perbincangan panjang lebar tentang raja` mutlak(pengharapan tak bersyarat), misalnya engkau katakana: “Manusia selalu berdosa dan Tuhan pasti mengampuninya. Seandainya tidak ada dosa, tak akan tampak pengampunan dan kemurahan Allah. Dan apabila kau bandingkan jumlah dosa orang-orang terdahulu dan sekarang dengan rahmat Allah, laksana setetes air dalam samudera yang luas dan dalam.”
وهذا الكلام حق ولكنه يضر بالعامة وربما أغراهم بركوب المعاصي فتكون أنت السبب في ذلك، وما كل حق يقال، ولكل مقام رجال.
(وإياك) والقنوطَ من رحمة الله والأمنَ من مكر الله فإنهما من كبائر الذنوب قال تعالى: (ومن يقنط من رحمة ربه إلا الضالون) وقال: (فلا يأمن مكر الله إلا القوم الخاسرون).
Pernyataan di atas memang benar, tetapi sangat berbahaya bagi orang awam yang tak mampu memahaminya sehingga ia terjerumus dalam kemaksiatan dan bila hal itu terjadi, maka engkaulah penyebab perbuatan maksiat itu.
Jangan berputus asa akan rahmat Allah dan jangan pula merasa aman dari siksa dan azab-Nya, karena kedua sifat ini termasuk dosa besar.
والقنوط عبارة عن تمحض الخوف حتى لا يبقى للرجاء وجود البتة .
والأمن عبارة عن تجرد الرجاء حتى لا يبقى للخوف وجود بحال.
فالقانط والآمن جاهلان بالله واقعان لا محالة في ترك الطاعة وفعل المعاصي؛ فإن القانط يترك الطاعة لأنه يرى أنها لا تنفعه والآمن يرتكب المعصية بظنه أنها لا تضره نعوذ بالله من درك الشقاء وسوء القضاء.
Tak seorang pun berputus ada akan rahmat Allah kecuali orang-orang yang sesat. Al-Qunuth(rasa putus asa) ialah satu cerminan rasa cemas dan takut tanpa adanya harapan, sedangkan al-Aman(rasa aman) ialah rasa harap yang berlebihan dengan meninggalkan rasa cemas dan takut.
Orang-orang yang berputus asa ini sengaja meninggalkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah Swt. karena ia yakin bahwa ibadah itu tak berguna. Sebaliknya, orang-orang yang merasa aman dari azab Allah dan selalu melaksanakan maksiat dan merasa bahwa segala kemaksiatannya itu tak akan berdampak negative bagi dirinya sendiri.
Kami selalu berlindung kepada Allah dari puncak keburukan dan kesengsaraan.
(وإياك) وأماني المغفرة القاطعةَ عنها وهي ما تسمعه على لسان طائفة من المغترين من قولهم: (إن الله يغفر الذنوب جميعاً) وهو غنيٌّ عنا وعن أعمالنا وخزائنه مملوءة بالخير ورحمته وسعت كل شيء، مع إصرارهم على فعل المعاصي وترك الأعمال الصالحة،
Angan-angan memperoleh ampunan
Hindari khayalan kosong untuk memperoleh ampunan dari Allah karena dengan perbuatan itu justru engkau tak akan mendapatkannya.
Angan-angan itu biasanya timbul ketika engkau mendengar perkataan orang-orang yang telah tertipu seperti: “Sesungguhnya Allah telah mengampuni setiap dosa dan ia pun tidak membutuhkan kita dan segala amal kita, khazanah-khazanah-Nya telah dipenuhi kebaikan dan rahmat-Nya sangat luas meliputi segala sesuatu.” Sedang mereka terus-menerus dalam kemaksiatan dan selalu meninggalkan amal saleh.
وكأنهم يقولون بلسان أحوالهم أن الطاعات لا تنفع وإن المعاصي لا تضر وهذا بهتان عظيم، وقد قال الله تعالى: (فمن يعمل مثقال ذرة خيراً يره ومن يعمل مثقال ذرة شراً يره) وقال تعالى: (ولله ما في السماوات وما في الأرض ليجزي الذين أساءوا بما عملوا ويجزي الذين أحسنوا بالحسنى) وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله الأماني".
Mereka seolah-olah berkata, “Setiap ketaatan sudah tak bermanfaat dan setiap kemaksiatan tak bermudharat.” Inilah perkataan yang mengandung kebohongan besar.
Allah Swt. berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى [٥٣:٣١]
“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” (QS. an-Najm: 31)
Rasulullah Saw. bersabda:
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ أَلَامَانِيَ.
“Orang yang cerdas ialah orang yang dapat menundukkan nafsunya dan bekerja untuk (kepentingan) sesudah meninggal dunia. Dan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharap kepada Allah beberapa anugerah.” (HR. Ahmad, Turmuzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
ولو أنك قلت لواحد من هؤلاء المغرورين: اقعد عن الكسب والتجارة والله تعالى يأتيك برزقك لَسخِر منك، وقال ما رأينا شيئا ًيجيئ إلا بالسعي والطلب، بل بالكدِّ والنصَب، مع أن الله تعالى قد تكفل له بالدنيا ولم يتكفل له بالآخرة فهل ذلك إلا انعكاس وانتكاس على أم الرأس!
Jika engkau berkata kepada orang yang tertipu tadi dengan perkataan, “Janganlah bekerja dan berniaga. Toh, Allah akan mendatangkan rezeki.”
Setelah mendengar perkataanmu itu ia pasti menjawab, “Aku tak pernah percaya bahwa segala sesuatu akan datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha dan pencarian yang diiringi dengan berbagai halangan dan rintangan.”
Padahal Allah telah menjamin urusan dunianya, dan tidak menjamin urusan akhiratnya. Bukankah ini terbalik?
وقد قال الحسن البصري رحمه الله: إن أماني المغفرة قد لعبت بأقوام حتى خرجوا من الدنيا مفاليس، يعني من الأعمال الصالحة، قال رحمه الله: إن المؤمن جمع إحساناً وخوفاً، وإن المنافق جمع إساءة وأمناً فالمؤمن لا يصبح إلا خائفاً، ولا يمسي إلا خائفاً، يعمل ويقول:لعلي أنجو! والمنافق يترك العمل ويقول سواد الناس كثير وسوف يغفر لي. انتهى.
Hasan Basri berkata, “Angan-angan memperoleh ampun benar-benar telah memperdaya sebagian manusia sehingga ia pergi meninggalkan dunia dalam keadaan rugi, yakni dari amal-amal saleh.”
Beliau juga menegaskan, “Ciri-ciri mukmin sejati ialah senantiasa menyatukan kebajikan dan rasa cemas. Sebaliknya, orang-orang munafik hanya menggabungkan kejahatan dan rasa aman. Mukmin sejati selalu dalam keadaan takut dan cemas serta ketika ia menjalankan aktivitas kehidupan, kedua perasaan itu tak mungkin lepas darinya dan ia pun selalu berkata, `Aku belum tentu selamat.` Lain halnya dengan orang munafik orang yang sering meninggalkan amal saleh dan berpendapat bahwa setiap manusia dan berbagai macam dosanya akan diampuni Allah Swt., begitu juga aku.”
وقد كان الأنبياء والأولياء مع كمال معرفتهم بالله وحسن ظنهم به وصلاح أعمالهم وقلة ذنوبهم أو عدمها بالكلية في غاية من الخوف والإشفاق (أولئك الذين هدى الله فبهداهم اقتده).
Sebagian ulama berpendapat, “Para malaikat dan Nabi walaupun mereka benar-benar telah dekat kepada Allah, berbaik sangka pada-Nya, beramal saleh, berdosa sedikit atau bahkan tidak berdosa, mereka masih merasa takut akan siksa dan azab Allah Swt.”
Allah Swt. berfirman:
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۖ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ ۗ
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. al-An`am: 90)
بالاقتصار على ذكر الرجاء المقيد وهو أن تذكر الوعد الجميل والثواب الجزيل المتوقف على فعل الحسنات و ترك السيئات.
Batasilah pembicaraanmu tentang raja` (rasa harap) bila engkau sedang berdialog dengan orang awam. Hendaknya engkau jelaskan padanya bahwa raja` ialah janji dan pahala besar dari Allah yang diberikan pada mereka yang gigih menjalankan kebaikan dan berusaha meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.
(واحذر) أن تخوض معهم في الرجاء المطلق وذلك مثل أن تقول: العبد يذنب والرب يغفر، ولولا الذنوب لم يظهر عفو الله وحلمه، وما ذنوب الأولين والآخرين في سعة رحمة الله إلا كنقطة في بحر لجي ونحو ذلك.
Hindari perbincangan panjang lebar tentang raja` mutlak(pengharapan tak bersyarat), misalnya engkau katakana: “Manusia selalu berdosa dan Tuhan pasti mengampuninya. Seandainya tidak ada dosa, tak akan tampak pengampunan dan kemurahan Allah. Dan apabila kau bandingkan jumlah dosa orang-orang terdahulu dan sekarang dengan rahmat Allah, laksana setetes air dalam samudera yang luas dan dalam.”
وهذا الكلام حق ولكنه يضر بالعامة وربما أغراهم بركوب المعاصي فتكون أنت السبب في ذلك، وما كل حق يقال، ولكل مقام رجال.
(وإياك) والقنوطَ من رحمة الله والأمنَ من مكر الله فإنهما من كبائر الذنوب قال تعالى: (ومن يقنط من رحمة ربه إلا الضالون) وقال: (فلا يأمن مكر الله إلا القوم الخاسرون).
Pernyataan di atas memang benar, tetapi sangat berbahaya bagi orang awam yang tak mampu memahaminya sehingga ia terjerumus dalam kemaksiatan dan bila hal itu terjadi, maka engkaulah penyebab perbuatan maksiat itu.
Jangan berputus asa akan rahmat Allah dan jangan pula merasa aman dari siksa dan azab-Nya, karena kedua sifat ini termasuk dosa besar.
والقنوط عبارة عن تمحض الخوف حتى لا يبقى للرجاء وجود البتة .
والأمن عبارة عن تجرد الرجاء حتى لا يبقى للخوف وجود بحال.
فالقانط والآمن جاهلان بالله واقعان لا محالة في ترك الطاعة وفعل المعاصي؛ فإن القانط يترك الطاعة لأنه يرى أنها لا تنفعه والآمن يرتكب المعصية بظنه أنها لا تضره نعوذ بالله من درك الشقاء وسوء القضاء.
Tak seorang pun berputus ada akan rahmat Allah kecuali orang-orang yang sesat. Al-Qunuth(rasa putus asa) ialah satu cerminan rasa cemas dan takut tanpa adanya harapan, sedangkan al-Aman(rasa aman) ialah rasa harap yang berlebihan dengan meninggalkan rasa cemas dan takut.
Orang-orang yang berputus asa ini sengaja meninggalkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah Swt. karena ia yakin bahwa ibadah itu tak berguna. Sebaliknya, orang-orang yang merasa aman dari azab Allah dan selalu melaksanakan maksiat dan merasa bahwa segala kemaksiatannya itu tak akan berdampak negative bagi dirinya sendiri.
Kami selalu berlindung kepada Allah dari puncak keburukan dan kesengsaraan.
(وإياك) وأماني المغفرة القاطعةَ عنها وهي ما تسمعه على لسان طائفة من المغترين من قولهم: (إن الله يغفر الذنوب جميعاً) وهو غنيٌّ عنا وعن أعمالنا وخزائنه مملوءة بالخير ورحمته وسعت كل شيء، مع إصرارهم على فعل المعاصي وترك الأعمال الصالحة،
Angan-angan memperoleh ampunan
Hindari khayalan kosong untuk memperoleh ampunan dari Allah karena dengan perbuatan itu justru engkau tak akan mendapatkannya.
Angan-angan itu biasanya timbul ketika engkau mendengar perkataan orang-orang yang telah tertipu seperti: “Sesungguhnya Allah telah mengampuni setiap dosa dan ia pun tidak membutuhkan kita dan segala amal kita, khazanah-khazanah-Nya telah dipenuhi kebaikan dan rahmat-Nya sangat luas meliputi segala sesuatu.” Sedang mereka terus-menerus dalam kemaksiatan dan selalu meninggalkan amal saleh.
وكأنهم يقولون بلسان أحوالهم أن الطاعات لا تنفع وإن المعاصي لا تضر وهذا بهتان عظيم، وقد قال الله تعالى: (فمن يعمل مثقال ذرة خيراً يره ومن يعمل مثقال ذرة شراً يره) وقال تعالى: (ولله ما في السماوات وما في الأرض ليجزي الذين أساءوا بما عملوا ويجزي الذين أحسنوا بالحسنى) وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله الأماني".
Mereka seolah-olah berkata, “Setiap ketaatan sudah tak bermanfaat dan setiap kemaksiatan tak bermudharat.” Inilah perkataan yang mengandung kebohongan besar.
Allah Swt. berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى [٥٣:٣١]
“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” (QS. an-Najm: 31)
Rasulullah Saw. bersabda:
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ أَلَامَانِيَ.
“Orang yang cerdas ialah orang yang dapat menundukkan nafsunya dan bekerja untuk (kepentingan) sesudah meninggal dunia. Dan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharap kepada Allah beberapa anugerah.” (HR. Ahmad, Turmuzi, Ibnu Majah, dan Hakim)
ولو أنك قلت لواحد من هؤلاء المغرورين: اقعد عن الكسب والتجارة والله تعالى يأتيك برزقك لَسخِر منك، وقال ما رأينا شيئا ًيجيئ إلا بالسعي والطلب، بل بالكدِّ والنصَب، مع أن الله تعالى قد تكفل له بالدنيا ولم يتكفل له بالآخرة فهل ذلك إلا انعكاس وانتكاس على أم الرأس!
Jika engkau berkata kepada orang yang tertipu tadi dengan perkataan, “Janganlah bekerja dan berniaga. Toh, Allah akan mendatangkan rezeki.”
Setelah mendengar perkataanmu itu ia pasti menjawab, “Aku tak pernah percaya bahwa segala sesuatu akan datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha dan pencarian yang diiringi dengan berbagai halangan dan rintangan.”
Padahal Allah telah menjamin urusan dunianya, dan tidak menjamin urusan akhiratnya. Bukankah ini terbalik?
وقد قال الحسن البصري رحمه الله: إن أماني المغفرة قد لعبت بأقوام حتى خرجوا من الدنيا مفاليس، يعني من الأعمال الصالحة، قال رحمه الله: إن المؤمن جمع إحساناً وخوفاً، وإن المنافق جمع إساءة وأمناً فالمؤمن لا يصبح إلا خائفاً، ولا يمسي إلا خائفاً، يعمل ويقول:لعلي أنجو! والمنافق يترك العمل ويقول سواد الناس كثير وسوف يغفر لي. انتهى.
Hasan Basri berkata, “Angan-angan memperoleh ampun benar-benar telah memperdaya sebagian manusia sehingga ia pergi meninggalkan dunia dalam keadaan rugi, yakni dari amal-amal saleh.”
Beliau juga menegaskan, “Ciri-ciri mukmin sejati ialah senantiasa menyatukan kebajikan dan rasa cemas. Sebaliknya, orang-orang munafik hanya menggabungkan kejahatan dan rasa aman. Mukmin sejati selalu dalam keadaan takut dan cemas serta ketika ia menjalankan aktivitas kehidupan, kedua perasaan itu tak mungkin lepas darinya dan ia pun selalu berkata, `Aku belum tentu selamat.` Lain halnya dengan orang munafik orang yang sering meninggalkan amal saleh dan berpendapat bahwa setiap manusia dan berbagai macam dosanya akan diampuni Allah Swt., begitu juga aku.”
وقد كان الأنبياء والأولياء مع كمال معرفتهم بالله وحسن ظنهم به وصلاح أعمالهم وقلة ذنوبهم أو عدمها بالكلية في غاية من الخوف والإشفاق (أولئك الذين هدى الله فبهداهم اقتده).
Sebagian ulama berpendapat, “Para malaikat dan Nabi walaupun mereka benar-benar telah dekat kepada Allah, berbaik sangka pada-Nya, beramal saleh, berdosa sedikit atau bahkan tidak berdosa, mereka masih merasa takut akan siksa dan azab Allah Swt.”
Allah Swt. berfirman:
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۖ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ ۗ
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. al-An`am: 90)
Komentar
Posting Komentar