145. Ridho dengan Widhi Allah

(وعليك) بالرضا بقضاء الله تعالى
 فإن الرضا بالقضاء من أشرف ثمرات المحبة والمعرفة، ومن شأن المحب أن يرضى بفعل محبوبه حُلواً كان أو مُراً، وقد قال صلى الله عليه وسلم عن الله: "من لم يرض بقضائي ولم يصبر على بلائي فليلتمس رباً سواي".

Hendaknya engkau pun selalu rela dengan ketentuan Allah Ta`ala, karena kerelaan merupakan hasil dari mahabbahdan makrifat yang paling mulia.
Orang yang cinta sudah sewajarnya rela dengan tindakan kekasihnya, manis atau pahit baginya sama saja.
Allah Swt. berfirman dalam hadist qudsi:
مَنْ لَمْ يَرْضَى بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِيْ فَلْيَلْتَمِسْ رَبَّا سِوَايْ.
“Barangsiapa tidak rida dengan qadha-Ku dan tidak sabar atas caobaan-Ku, maka carilah Tuhan selain-Ku.” (HR. Ibnu Hibban, Thabrani, Abu Dawud dan Ibnu Asakir)

وقال عليه الصلاة والسلام: "إن الله إذا أحب قوماً ابتلاهم فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط".

Sabda Rasulullah saw.:
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا إِبْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ.
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Allah memberi cobaan kepada mereka. Maka, barangsiapa rida (atas cobaan-Ku), baginya keridaan(Ku). Dan barangsiapa murka (atas cobaan-Ku), baginya kemurkaan(Ku).” (al-Hadist)

فالواجب عليك أيها المؤمن أن تعلم وتعتقد أن الله تعالى هو الذي يهدي ويضل ويشقي ويسعد ويقرب ويبعد ويعطي ويمنع ويخفض ويرفع ويضر وينفع، فإذا علمت ذلك وآمنت به فالواجب عليك أن لا تعترض على الله في شيء من أفعاله لا ظارهاً ولا باطناً، ولسان الاعتراض أن تقول لم كان هذا، ولأي شيء كان هذا، وهلا كان هذا كذا، وبأي ذنب استحق فلان ما جرى علي.

Oleh karena itu, wajib bagi dirimu, wahai orang yang beriman untuk mengetahui dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya Allah yang memberi petunjuk dan kesesatan, kesusahan dan kebahagiaan, mendekatkan dan menjauhkan, memberi dan menahan, merendahkan dan meninggikan, memberi mudharat dan manfaat. Bila kesemuanya telah engkau ketahui dan engkau beriman padanya, maka wajib bagimu untuk tidak menentang Allah secara lahir dan batin, atau dengan perkataan yang bersifat memprotes Allah Swt.

Mengapa in terjadi? Untuk apa hal ini terjadi? Apa sebabnya hal ini terjadi? Dosa apa yang menyebabkan si Fulan mendapat cobaan seperti itu?

فمن أجهلُ ممن يعترض على الله في مُلكه وينازعه في سلطانه، وهو مع ذلك يعلم أنه تعالى هو المنفرد بالخلق والأمر والحكم والتدبير يفعل ما يشاء ويحكم ما يريد (لا يسأل عما يفعل وهم يسألون) بل الواجب عليك أن تعتقد أن جميع أفعال الله تعالى وقعت على وجه لا أحكم منه ولا أعدل ولا أفضل منه ولا أكمل.

Tak ada perbuatan yang lebih bodoh daripada menentang Allah atas kerajaan dan kekuasaan-Nya. Padahal ia telah mengetahui bahwa hanya Allah yang berkuasa dalam penciptaan, pemerintahan, penghukuman serta pengaturan atas setiap makhluknya. Ia pun berhak melakukan segala sesuatu yang Ia inginkan dan menghukum siapa pun yang Ia kehendaki. Tak seorang pun berhak menanyakan segala sesuatu yang dilakukan-Nya, justru Dialah yang berhak menanyai setiap perbuatan yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya.


وهذا حكم الرضى بأفعال الله تعالى على وجه الإجمال، وأما على وجه التفصيل، فإن الأمور التي تخصك على قسمين (منها) ما يلائمك كالصحة والغنى وهذا القسم لا يتصور فيه سخط إلا من حيث نظرك إلى من فضل عليك في ذلك فالواجب عليك عنده أن ترضى بما قسم الله لك من حيث أن له سبحانه وتعالى أن يفعل في ملكه ما يشاء أو من حيث أنه تعالى قد اختار لك ما هو الأصلح لك والأنسب لحالك وهذا أكمل

Dalam hal ini wajib bagimu untuk yakin bahwa semua pekerjaan Allah pasti terjadi dan tak ada hukum yang lebih kuat, lebih adil dan lebih sempurna selain dari-Nya. Penjelasan di atas mengandung pengertian rida dengan ketentuan Allah secara global.

Untuk lebih jelasnya, marilah kita amati lebih rinci pengertian rida (rela) yang dalam hal ini terbagi menjadi dua bagian.

Pertama, segala sesuatu yang selalu menyertaimu seperti kesehatan dan kekayaan. Pada bagian ini tak akan terbayang bagimu rasa sesal dan rasa tidak senang kecuali bila engkau memandang pada orang-orang yang memiliki kelebihan dalam kedua masalah ini.

Maka dari itu, wajib bagimu rida dengan kesehatan dan kekayaan yang telah diberikan oleh Allah, telah memilihkan sesuatu yang membawa kemaslahatan dan paling sesuai dengan keadaanmu.

(ومنها) مما لا يلائمك كالمصائب والأمراض والآفات فحرام عليك أن تتبرم بشيء من ذلك أو تجزع عنده، بل الأكمل لك أن ترضى وتسلّم فإن لم تستطع فلتصبر ولتحتسب، قال النبي صلى الله عليه وسلم: "اعبد الله تعالى بالرضا فإن لم تستطع ففي الصبر على ما تكره خير كثير".

Kedua, sesuatu yang jarang sekali menimpa dirimu seperti bencana, panyakit dan kemiskinan. Dilarang mengeluh dan menyesali keadaan, yang terbaik bagimu ialah bersikap rida dan tawakal, dan bila engkau tak mampu melakukannya, maka bersabarlah dan puas dengan pemberian Allah Swt.

Rasulullah saw. bersabda:
أُعْبُدِ اللَّهَ بِالرِّضَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَفِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرٌ كَثِيْرٌ.
“Sembahlah Allah dengan rida. Bila engkau tak mampu, maka bersabarlah atas segala sesuatu yang tak engkau sukai karena di dalamnya banyak mengandung nilai kebaikan.”(al-Hadist)

وليس من الرضا في شيء ما يجده بعض الأغبياء من الطمأنينة عند ترك بعض المأمورات وارتكاب بعض المحظورات فإن فعل المعاصي وترك الطاعات مما يسخط الله تعالى فكيف يرضى هو بشيء لا يرضى الله به

Lain halnya dengan orang-orang bodoh yang senantiasa merasa tenang dengan meninggalkan perintah Allha dan menjalankan larangan-Nya dan mereka pun berdalih bahwa mereka rida dengan ketentuan Allah Swt.

Melakukan kemaksiatan dan meninggalkan ketaatan tak akan menimbulkan rida Allah, bahkan murka-Nya yang akan mereka peroleh. Oleh karena itu bagaimana mungkin mereka mengatakan bahwa mereka rida pada Allah padahal Allah sendiri tidak rida kepada mereka.

 قال الله تعالى: (إن تكفروا فإن الله غنيٌّ عنكم ولا يرضى لعباده الكفر وإن تشكروا يرضَه لكم) وإنما رضي هذا المسكين عن نفسه وظن أنه رضي عن ربه، والرضا عن الله وعن النفس يبعد أن يجتمعا في موطن واحد.

Ini seusai dengan firman Allah Swt.:
إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ ۖ وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ ۗ
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuran itu.” (QS. az-Zumar:7)

Sesungguhnya keridaan mereka hanya tercurah pada diri mereka sendiri, tetapi mereka justru mengira bahwa mereka telah rida pada Allah Swt. maka, perlu kita ketahui bahwa rida pada nafsu dan rida pada ketentuan Allah Swt. tak akan pernah menyatu.

وما أحسن ما قاله الإمام الغزالي رضي الله عنه في رسالته إلى أبي الفتح الدمشقي رحمه الله: الرضا هو أن ترضى بما يفعل الله باطناً وتفعل ما يرضيه ظاهراً. فإن أراد العبد أن يعرف ما عنده من الرضا فلْيلتمسه عند نزول المصائب وورود الفاقات واشتداد الأمراض فسوف يجده هناك أو يفقده.

Imam al-Ghazali berkata kepada Abil Fathi ad-Dimsyqi, “Rida akan ketentuan Allah, secara batin ialah engkau rela menerima segala sesuatu yang dikerjakan oleh Allah Swt. sedangkan secara lahir ialah engkau selalu rida mengerjakan segala sesuatu yang diridai-Nya.”

Untuk mengetahui tingkat keridaan seseorang akan qadha Allah Swt., maka perhatikan bagaimana sikapnya ketika ia tertimpa musibah berupa penyakit dan kemiskinan. Pada saat itulah engkau dapat menilai kadar keridaanya pada Allah Swt.

وكثيراً ما تسمع من سَفلة أبناء الزمان حين يقال لهم ما لكم تتركون الطاعات وتفعلون المحرمات فيقولون هذا شيء قد قضاه الله علينا وقدَّره لنا ولا محيص لنا عنه وإنما نحن عبيد مقهورون فهذا هو مذهب الجبرية بعينه، ومنتحله قائل بلسان حاله إن لم يقل بلسان مقاله: لا فائدة في إرسال الرسل وإنزال الكتب، ويا عجباً كيف يصدر ممن يدعي الإيمان الاحتجاج لنفسه على ربه ولله الحجة البالغة على جميع خلقه،

Pada saat sekarang ini, jika engkau bertanya pada orang-orang yang melakukan kemaksiatan dan meninggalkan ketaatan, “mengapa engkau berbuat seperti itu?”

Mereka menjawab, “Tindakan kami ini sebenarnya telah ditakdirkan oleh Allah dan kami pun tak mampu melepaskannya karena kami hanyalah hamba-hamba yang tak berdaya.”

Ini adalah jawaban kaum Jabariyah. Kalau begitu kita harus mempertanyakan pula, “Apa perlunya Allah mengangkat rasul-rasul dan menurunkan beberapa kitab suci begi mereka?”

Pendapat mereka telah salah dan menyimpang dari kebenaran.
Bahkan sangat mengherankan sekali, mereka berhujjah dalam masalah keimanan dan mereka merasa hujjahnya lebih benar dari Allah Swt.

 أم كيف يرضى المؤمن لنفسه أن يتشبه بالمشركين القائلين: (لو شاء الله ما أشركنا ولا آباؤنا ولا حرمنا من شيء) أولا يسمع ما رد الله عليهم به إذا يقول لنبيه (قل هل عنكم من علم فتخرجوه لنا إن تتبعون إلا الظن وإن أنتم إلا تخرصون).

Seharusnya seorang mukmin tidak berkata seperti perkataan kaum musyrikin yang terdapat dalam firman Allah Swt.:
لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِن شَيْءٍ ۚ
“Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan nenek moyang kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang  sesuatu apa pun.” (QS.al-An`am: 148)

Lalu Allah menjawab:
قُلْ هَلْ عِندَكُم مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا ۖ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ
“Katakanlah (wahai Muhammad): "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.” (QS.al-An`am: 148)

ثم إنه لا يسع المشركين إذا رجعوا إلى الله أن يحتجوا بهذه الحجة الداحضة عند الله بل يقولون: (ربنا غلبت علينا شقوتنا وكنا قوماً ضالين) (ربنا أبصرنا وسمعنا فارجعنا نعمل صالحاً إنا موقنون).

Dengan demikian di akhirat kaum musyrikin tak akan mampu berkomentar dengan dalih seperti di atas,

bahkan mereka berkata:
رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَآلِّيْنَ.
“Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan kami adalah orang-orang yang sesat.”(QS.al-Mukminun: 106)

رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
"Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin." (QS. as-Sajdah: 12)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Download Risalatul Muawanah

163. Wasiat Allah Kepada Nabi Isa